Makalah Agama Khonghucu

MAKALAH AGAMA KHONGHUCU
Dosen Pengampu
Siti Nadroh, S,Ag., M.Ag

DISUSUN OLEH:
NURUL RAHMAN ILHAMI     :     1170331000030
ANWAR SANUSI                     :   11170331000065
JURUSAN AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI(UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2018

KATA PENGANTAR
   
      Pertama dan yang utama, kami haturkan puji syukur atas Rahmat dan Ridho Allah SWT, karena tanpa Rahmat dan Ridho-Nya, kami tidak akan dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan rampung tepat pada waktu yang ditentukan.
      Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada ibu Siti Nadroh, S.Ag., M.Ag. dosen pengampu mata kuliah Agama-agama dunia yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah ini.Dalam makalah ini kami menjelaskan tentang agamaKhonghucu
      Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.Sebagai manusia biasa, kami terbuka dari saran dan kritikan teman-teman maupun dosen.Demi tercapainya makalah yang sempurna di masa mendatang.



PENDAHULUAN

      Kong Hu Cu atau konfusis adalah seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik.
      Agama Konfusius atau Kong Hu Cu atau Konfusianisme adalah agama yang paling tua di Cina, tetapi bukan merupakan satu-satunya agama di sana. Sebagaimana sering dinyatakan dalam suatu pepatah Cina, yang menyatakan bahwa Cina mempunyai tiga agama tetapi yang tiga itupun sebenarnya hanya satu. Tiga agama yang dimaksud adalah Konfusianisme, Toisme dan Budhisme. Pepatah tersebut berarti bahwa di Cina ketiga agama tersebut telah saling penagruh mempengaruhi satu sama lain, sehingga sulit dan sukar membicarakan salah satunya tanpa mengaitkannya dengan yang lain.
      Pada abad ke-6 sebelum masehi, kehidupan agama dan moral masyarakat Cina sudah sedemikian merosot. Kebudayaan dan peradaban yang sebelumnya telah dibangun dengan susah payah oleh dinasti-dinasti sebelumnya, kini tinggal hanya merupakan bayangan saja. Pada saat itu kehadiran Kong Hu Cu merupakan jawaban terhadap kondisi masyarakat yang sudah melampaui batas-batas kemanusiaan, sehingga terpanggil untuk membangkitkan kembali agam Ru, agama orang lembut, bijak dan terpelajar. Karena itu, tidak mengherankan kalau dikatakan bahwa Kong Hu Cu berpusat pada kemanusiaan dan keduniakinian atau kurang memperhatikan hari kemudian. Memang Kong Hu Cu lebih menitikberatkan tentang apa yang harus dikerjakan manusia di dunia ini. Hari kemudian adalah refleksi hari ini. Hasil semua perbuatan di dunia kini akan dipanen di hari akhir. Titik berat kekinian dan kemanusiaan itu merupakan dorongan bagi pemeluknya untuk menjadi orang bijak ban bajik, baik terhadap orang tua, keluarga, tetangga maupun negaranya.
      Dalam mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak membicarakn tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang baik. Namun, dikarenakan ajaran-ajarannya lebih banyak mengarah pada kesusilaan dan mendekati ajaran keagamaan maka ia sering digolongkan dan dianggap sebagai pembawa agama.

PEMBAHASAN
LATAR BELAKANG SEJARAH DAN PEMBAWA AGAMA KONGHUCU

      Agama Khonghucu dalam dialek Hokkian disebut dengan Ru Jiao atau Ji Kauw yang berarti agama bagi umat yang lembut hati. Secara bahasa Awalnya agama ini bernama Ru jiao (教儒). Huruf Ru (儒) berasal dari kata (亻-人) ‘ren’ (orang) dan (需) ‘xu’ (perlu) sehingga berarti ‘yang diperlukan orang’, sedangkan ‘Ru’ sendiri bermakna (柔) ‘Rou’ lembut budi-pekerti, penuh susila, (优) ‘Yu’–Yang utama, mengutamakan perbuatan baik, lebih baik .和 He – Harmonis, Selaras, 濡 Ru – Menyiram dengan kebajikan, bersuci diri,. ‘Jiao 教 berasal dari kata ‘xiao’孝 (berbakti) dan 文 ‘wen’ (sastra, ajaran). Jadi ‘jiao’ berarti ajaran/sastra untuk berbakti. Maka Ru jiao adalah ajaran/agama untuk berbakti bagi kaum lembut budi pekerti yang mengutamakan perbuatan baik, selaras dan berkebajikan. Agama Khonghucu merupakan bimbingan hidup yang diberikan Thian (Tuhan Yang Maha Esa) yang diturunkan kepada para Nabi dan para Suci Purba serta digenapkan dan disempurnakan oleh Nabi Khonghucu.
      Ru jiao (Agama Khonghucu) ada jauh sebelum Sang Nabi Kongzi lahir. Dimulailah dengan sejarah (2952  2836 SM), Shen-nong (2838  2698 SM), Huang-di (2698 Nabi-Nabi suci Fuxi  2596 SM), Yao (2357  2255 SM), Shun (2255  2205 SM), Da-yu (2205  2197 SM), Shang-tang (1766  1122 SM), Wen, Wu Zhou-gong (1122  255 SM), sampai Nabi Agung Kongzi (551  479 SM) dan Mengzi (371  289 SM). Para nabi inilah peletak Ru jiao (agama Khonghucu). Sedangkan Nabi Kongzi adalah penerus, pembaharu dan penyempurna Agama Khonghucu. Dalam Agama Khonghucu setidaknya dikenal ada 29 nabi, mulai dari Fu Xi sampai Khongcu (dari 2953 Sebelum masehi s/d 551 sebelum masehi). bila dihitung dengan tahun sebelum masehi.
      Sekitar abad 16 M, Matteo Richi, salah satu misionaris dari Italia melihat bahwa diantara nabi-nabi dalam Ru Jiao, Nabi Khonghuculah yang terbesar. Sejak saat itu istilah Confuciansm, Konfusianisme lebih populer dan di indonesia dikenal sebagai Agama Khonghucu. Menurut kosa katanya sendiri, Ru Jiao berarti agama yang mengutamakan kelembutan atau keharmonisan. Di dalam Kitab Yangzi Fa diartikan sebagai Tong Tian Di Ren atau yang menjalinkan Thian (Tuhan), Di (Alam, Bumi) dan Ren (Manusia). Agama Khonghucu merupakan Agama Monoteis. Agama tersebut hanya mengenal satu Tuhan, yakni dikenal dengan istilah THIAN (Tuhan Yang Maha Esa), Shang Di (Tuhan Yang Maha Kuasa ).
      Untuk memahami Agama Khonghucu, terlebih dahulu kita wajib mengetahui sejarahnya sejak dari awal sampai sekarang. Dari beberapa literatur dapat diketahui bahwa Nabi Khonghucu merupakan tokoh penerus dan yang menyempurnakan Ji Kau (Agama Khonghucu), bukan penciptanya. Jalan suci Giau ( 2355 SM  2255 SM) dan Sun (2255 SM- 2205 SM). Ji kau (Agama Khonghucu) diturunkan Tuhan Yang Maha Esa dengan wahyu-wahyu yang diterima para Nabi dan Raja Suci Purba. Dalam Ji Kau (Agama Khonghucu), Nabi Khonghucu adalah Nabi besar terakhir yang telah menerima Wahyu (Thian Sik) dan yang dipilihNya menjadi Bok Tok atau Genta RokhaniNya yang memberitakan Firman Tuhan Yang Maha Esa bagi manusia. Ia telah dijadikan sebagai Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sing Jien atau Nabi utusan-Nya yang meneruskan dan menyempurnakan ajaran suci dan sabda para Nabi.
      Dari uraian diatas dapat diketahui, bahwa Agama Khonghucu muncul bukan pada zaman Nabi Khonghucu, melainkan sudah diturunkan Tuhan puluhan ribu abad/ ribuan tahun sebelum kehidupan Nabi Khonghucu. Pendiri dinasti Xia (2205-1766 SM) yang dikenal sebagai bapak Agama Ji (Ru Jiao) penulisan terakhir oleh tokoh penegak Ru Jiao, Meng Zi dalam Kitab Bingcu (Mengzi) Kitab Keempat Si Shu. Maka perlu digaris bawahi bahwasannya sejarah suci Ji Kau ini tidak identik sekedar dengan sejarah peradaban dan kebudayaan umat manusia di era Tiongkok Purba, melainkan kehendak Khalik Yang Maha Tinggi, Siang Tee (Shang Di) Merupakan sejarah Wahyu WahyuNya melalui Sheng Ren (Nabi) di dalam Ru Jiao. oleh karenanya merupakan asal muasal tumbuh kembangnya Agama yang diwayuhkan Tuhan bagi insan, yang lembut hati, beriman serta bersifat mulia dan abadi, maka disebut sejarah Suci Ru Jiao beserta KitabKitab SuciNya. Apabila masih terjadi perdebatan apakah ajaran Konfusius ini suatu agama atau merupakan suatu etika jawabannya jelas tergantung pada bagaimana kita merumuskan arti agama itu dengan perkataanya.
      Adapun mengenai biografi nabi Konghucu, ia adalah seorang nabi yang hidup sekitar 2500 tahun yang lalu, lahir pada bulan delapan tanggal 27 lemlik 551 SM dan wafat pada bulan dua tanggal 18 lemlik, 479 SM beliau lahir di negeri Lo (bagian tengah jazirah Shantung). Ayahnya bernama Khong Hut, alias Siok Liang seorang perwira keturunan bangsawan negeri Song. Dia seorang perwira di negeri Lu yang berperawakan kekar dan perkasa , berwatak jujur, sederhana dan taat kepada Tuhan, berbakti kepada leluhur dan mencintai tenggang rasa kepada sesamanya. Ibunya bernama Gan Tien Tjay. Nama beliau yang sebenarnya ialah Khiu yang berarti bukit, alias Tong Ni yang artinya anak nomor dua dari bukit Ni. Beliau adalah anak bungsu, mempunyai Sembilan orang kakak perempuan dan seorang kakak laki  laki.
      Nabi Kongzi bermarga Kong berawal ada pejabat yang bernama Kongjia pada masa pemerintahan Kaisar Huang Di (2697-2597) keturunan Kong Jia ini kemudian menggunakan Kong sebagai marganya Cheng Tang yang bernama Lu dari dinasti Shang ( 1600-1100 SM ). Ketika Konghucu berusia empat tahun, ia bermain dengan teman- teman sebayanya. Dalam bermain, ia senang memimpin teman-temannya dalam menirukan orang orang dewasa melakukan upacara sembahyang. Pada ibunya ia pernah meminta alat alat sembahyang tiruan yang disebut Coo dan Too.
      Menurut pokok pikiran Konfusianisme, peningkatan kesejahteraan manusia harus dimulai dengan pembinaan seseorang melalui pendidikan. Kemudian, peningkatan ini melangkah menjadi aturan hidup keluarga dan kehidupan bangsa bagi ketenangan dunia dan pada puncaknya bagi terciptanya kesejahteraan yang di idamidamkan. Menurut Konfusianism, alam manusia akan terjelma dengan baik lewat cinta kasih orang tua dan anaknya. Oleh karena itu, penekanan dengan anaknya baik di sekolah maupun di masyarakat. Apabila seseorang terhadap orang tuanya, dia dapat diharapkan patuh terhadap penguasa, baik terhadap saudaranya dan dapat dipercaya oleh teman temannya.
      Konfusius ingin menciptakan suatu tradisi yang baik sehingga orang yang mengikuti tradisi ini akan dapat hidup lebih baik. Oleh karena itu, beliau selalu belajar dari hal- hal yang kuno sebagai cermin bagi masa berikutnya penanggalan dinasti Xia yang dianjurkan Nabi Kongzi akhirnya benarbenar digunakan hingga masa sekarang ini. Setelah kaisar Han Wu Di dari dinasti Han, beberapa abad setelah nabi wafat, memutuskan untuk menggunakan penanggalan dinasti Xia.10 Penanggalan tersebut sekarang lebih dikenal dengan penanggalan Imlek. Selama 13 tahun (497-484 SM) beliau bersama dengan sekelompok muridmuridnya melakukan perjalanan dari satu negeri ke negeri lain. Di dalam perjalanannya tersebut ia seringkali mengalami kegagalan dan kekecewaan. Walaupun begitu, beliau tidak pernah kehilangan keyakinannya pada jalan suci Tuhan dan dalam menjalankan misinya di dunia ini Konfu Zi percaya bahwa Tuhan adalah tujuan akhir berhubungan dengan masalahmasalah manusiawi.

Kitab-kitab Suci Agama Konghucu
      Kitab suci merupakan suatu pedoman agama bagi para pengikut suatu agama. Tanpa kitab suci, sulit bagi kita untuk mengetahui kebenaran ajaran suatu agama. Kitab suci suatu agama adalah kitab yang berisikan ajaran moral yang dapat dijadikan pandangan hidup bagi para pengikutnya.
      Kitab suci agama Konghucu sampai pada bentuknya yang sekarang mempunyai masa perkembangan yang sangat panjang. Kitab suci yang tertua berasal dari raja suci Giau (2357-2255 SM) dan yang termuda ditulis oleh Bingcu (wafat tahun 289 SM), meliputi masa sekitar 2000 tahun. Kitab suci yang berasall dari para Nabi Purba sesuai dengan wahyu yang diterima langsung Nabi konghucu dari Tuhan Ynag Maha Esa disempurnakan dan dihimpun, kini disebut Ngo King (Kitab suci yang kelima) sebagai kitab suci yang pokok.
      Ajaran-ajaran Nabi Kongcu dibukukukan oleh para muridnya dan dipertegas oleh Bingcu yang terhimpun dalam kitab Su Si (Kitab keempat). Dilihat darii ajarannya, Konghucu merupakan kumpulan ajaran yang bersumber dari ajaran klasik sebelum Kongcu lahir. Menurut penganutnya, Konghucu merupakan ajaran yang telah diturunkan oleh Thian (Tuhan Yang Maha Esa) lewat para Nabi dan Raja Suci Purba, ribuan tahun sebelum Kongcu lahir. Sejak Raja Suci Tong Giau (2357 SM - 2255 SM) dan Gi Sun (2255 SM - 2205 SM) telah diletakkan dasar-dasar agama Konghucu, dengan didampingi oleh Nabi Koo Yau dan Nabi Ik yang sekarang tersusun dan dapat dibaca dalam Su King (Kitab Dokumentasi Sejarah Suci).
      Di samping Su King (Ajaran Klasik) terdapat juga kitab Si King (Sajak), Ya King (Kejadian), Lee King (Kesusilaan dan Peribadatan), dan Chun Chiu King (Sejarah Zaman Chin Chiu). Kelima kitab ini merupakan kitab suci (Ngo King) klasik yang sudah ada di abad sebelum Kongcu lahir. Kongcu lebih berperan sebagai penghimpun, penyusun, dan penerus ajaran Raja Suci dan Nabi Purba. Is bukan pencipta ajaran klasik Ji Kau, sebagaimana dinyatakan dalam kitab Sabda Suci VII, 1. 2: Aku hanya meneruskan, tidak mencipta. Aku sangat menaruh percaya dan suka kepada yang kuno itu. Dengan demikian apa yang sekarang disebut ajaran Konghucu atau agama Konghucu (Ji Kau = Ru Chiao) bukanlah ajaran yang ada dan lahir pada zaman Kongcu hidup, tetapi sudah ada 2068 tahun sebelumnya. Kongcu berperan menghidupkan kembali ajaran klasik.
      Kitab Ngo King sendiri diteliti dan dikodifikasikan pada abad ke-2 SM (2 abad setelah Kongcu wafat), yakni pada zaman Dinasti Han oleh seorang toloh bernama Su Tang Tiong. Kemudian pada tahun 79 M diperiksa ulang untuk menyamakan penafsiran Ngo King oleh musyawarah besar tokoh-tokoh Konghucu yang hasilnya dibukukan dalam sebuah kitab Pik Hau Thong.
      Secara substansial kitab-kitab suci tersebut merupakan sumber dari ajaran Konghucu yang oleh pengikutnya dijadikan pedoman dan acuan dalam pemikiran, tingkah laku, dan kepercayaan. Kitab suci dianggap sebagai wahyu dari Thian (Tuhan) yang diturunkan kepada mereka yang dianggap sebagai nabi. Kumpulan wahyu tersebut oleh para tokoh agamanya telah diteliti dan dibukukan menjadi kitab suci. Apabila dikelompokkan, esensi kitab-kitab suci tersebut di atas meliputi metafisika, etika, dan upacara peribadatan.
      Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa kitab suci agama Konghucu  terdapat 3 kelompok, yakni:
Su Si / Shi Su / Empat Buku
      Merupakan kitab suci yang langsung bersumber pada nabi Kongcu hingga Bingcu. Kitab Suci ini terhimpun dan terbukukan dari Nabi Khongcu oleh para penerusnya. Terdiri dari:
Kitab Thai Hak / Da Xue (Kitab Ajaran Besar)
      Ditulis oleh Cingcu / Zheng Zi atau Cham / Can alias Cu I / Zi Xing, murid Nabi Khongcu dari angkatan muda. Terdiri dari 1 Bab utama 10 Bab uraian, 1753 huruf + 134 / V.Merupakan Kitab Tuntunan panduan pembinaan diri yang berisi tentang etika dalam kehidupan keluarga, masyarakat, negara dan dunia.
      Dalam kata pengantar kitab Thai Hak  tersebut dikatakan bahwa Thai Hak ini adalah kitab warisan mulia kaum Khong yang merupakan ajaran permulaan untuk memasuki pintu gerbang kebajikan. Dengan mempelajari kitab Thai Hak ini dapat diketahui cara belajar orang zaman dahulu. Siapa yang akan mempelajari kitab  kitab lainnya seperti Lun Yu atau Lun Gi (sabda suci), Tiong Yong atau Zhong Yong (tengah sempurna), dan Bingcu atau Mencius, dapat mulai dengan mempelajari kitab Thai Hak ini.
Kitab Tiong Yong / Zhong Yong (Kitab Tengah Sempurna)
      Ditulis oleh Cu Su / Zi Shi alias Khong Khiep, cucu nabi Kongcu.yang kemudian disusun lagi oleh Zi Hi.Terdiri dari satu bab utama 32 bab uraian, 3.568 huruf. Merupakan kitab keimanan bagi Umat Ji. Kitab Tiong Yong ini berarti tengah sempurna. tangah diartikan tepat sasaran, ditambahkan lagi bahwa tengah itu jalan yang lurus di dunia dan sempurna adalah hukm tetap dunia. Dapat juga dikatakan bahwa tengah sempurna itu adalah berbuat sesuai dengan hukum alam.
      Disamping membicarakan mengenai Tiong Yong itu sendiri, kitab ini juga membicarakan tentang arti agama, Thian (Tuhan Yang Maha Esa), susilawan (Kuncu), Tuhan dan manusia yang susila (kuncu), serta membicarakan mengenai keperwiraan , ajaran  ajaran etika, keimanan, jalan suci Tuhan Yang Maha Esa, dan hukum  hukum yang ada dalam alam ini.
Kitab Lun Gi / Lu Yu (Kitab Sabda Suci)
      Merupakan kumpulan perkataan Khonghucu, yang disusun para pengikutnya setelah Khonghucu wafat. Kitab ini ada tiga macam, yaitu versi Naskah Kuno, versi ShiI, dan versi Lu. Yang kebanyakan dipakai sekarang adalah versi Lu. Antara ketiga versi itu berbeda-beda.
      Secara umum kitab ini berisi tentang Hak Ji (belajar), Wi Cung (pemerintahan), Pat Let (tarian/ seni), Li Jien (cinta kasih), nama  nama orang, Hiang Tong (kampong), dan lain- lain. Secara khusus Lun Yu berisikan hal  hal yang berhubungan dengan pembicaraan dan nasehat yang diberikan oleh Khonghucu yang berkaitan dengan kondisi masa itu.
Kitab Bingcu / Mencius (Kitab Bingcu)
      Sebagian ditulis Bingcu sendiri, sebagian merupakan catatan Ban Ciang / Wan Zhang dan Khongsun Thio / Gong Sunchou, murid-muridnya. Terdiri dari 7 Bab, masing-masing A dan B, 35.377 huruf. Merupakan kumpulan tulisan yang mencatat percakapan Bingcu dalam menjalankan kehidupan masa itu dengan menegakkan ajaran  ajran Khonghucu. Pendirian Bing Cu adalah mengungkapkan cinta kasih dan kebenaran, menebarkan jalan suci, kebajikan, dan mengakui Tuhan Ynang Maha Esa (Thian).
Ngo King / Lima Kitab
      Kelompok kedua ini, merupakan  kitab-kitab suci yang berasal dari para Nabi Purba dan Raja Suci, merupakan kitab-kitab Suci yang mendasari agama Khonghucu. Ngo King ini dihimpun, diperbagus, disusun, dan terbukukan oleh Nabi Khongcu. Terdiri dari :
Kitab Sie King / Shi Jing (Kitab Sajak)
      Kitab ini terdiri dari 39.222 huruf yang berisikan kumpulan sajak ata nyanyian yang bersifat lagu rakyat yang berasal dari berbagai negeri, sajak ini dibagi ke dalam empat bagian nyanyian untuk upacara istana dan nyanyian untuk mengiringi uapacara ibadah, yaitu:Kok Hong ( Nyanyian Rakyat ), Siau Nge ( Pujian kecil ), Tai Nge (pujian besar), dan Siong ( Pemujaan /Puja).
      Sajak yang tertua berasal dari Dinasti Siang 1766-1122 SM, sedangkan yang termuda berasal dari jaman Raja Muda Ciu  Ting Ong ( 605-586 SM).
Sie King dibagi menjadi 4 Bab, yakni :
Kok Hong / Guo Feng / Nyanyian Rakyat atau Adat Istiadat
15 Buku 160 Sajak
Siau Nge / Xiau Ya / Pujian Kecil, pengiring upacara di istana.
8 Buku 80 Sajak
Tai Nge / Da Ya / Pujian Besar kepada Nabi Ki Chiang / Bun Ong
3 Buku 31 Sajak
Siong / Song untuk mengiringi upacara peribadahan
3 Buku 40 Saja.
Kitab Shu King / Shu Jing (Kitab Hikayat)
      kitab ini berisikan teks  teks dokumentasi sabda, peraturan, nasehat, maklumat para nabi dan raja  raja suci purba. Kitab yang tertua berasal dari zaman sekitar abad ke-23 S.M. dan yang terakhir berasal dari zaman pertangahan dinasti Ciu, sekitar abad ke-6 S.M.
      Su King terdiri dari 25.700 huruf, tersisa 58 Bab. Terdiri dari 4 Buku 6 Jilid, yaitu :
Gi su, 5 Bab, Hikayat Tong Giau ( 2357  2255 SM ) & Gi Sun ( 2255  2205 SM ) Didalamnya terdapat Giau Tian ( perundangan Baginda Giau ) dan Sun Tian ( perundangan Baginda Sun ).
He Su, 4 Bab, Naskah-Naskah Dinasti He (2205  1766 SM )
Siang Su, 17 Bab, Naskah-Naskah Dinasti Siang ( 1766  1122 SM ).
Ciu Su; A, B, C; 32 Bab, Naskah - Naskah Dinasti Ciu (1122-255 SM).
Kitab Ya King / Ya Jing / I Ching (Kitab Perubahan)
      Kitab ini mengemukakan tentang sistem filsafat yang fantastis, yang menjelaskan arti dasar tentang Yin (wanita) dan Yang (pria).
Kitab Li Chi (Kitab tentang Upacara-upacara)
      Konfusius menyetujui beberpa upacara tradisional untuk mendisiplinkan rakyat dan membawa kehalusan budi, keagungan dan kesopanan ke dalam tingkah laku social mereka. Ia menyoroti asal  usul dan pentingnya upacara  upacara kuno dan mengingatkan bahwa Li adalah suatu pernyataan perasaan. Dengan mengkritik praktek praktek yang merendahkan derajat, ia menyatakan bahwa Li tanpa perasaan adalah tidak lain daripada upacara  upacara yang pura  pura saja.
Kitab Chuun Chiii / Sejarah Musim Semi dan Musim Rontok
      Berisi catatan kronologis tentang peristiwa  peristiwa di negeri Lu mulai tahun pertama pemerintahan Pangeran Yiu (722 S.M.) hingga tahun keempat belas dari pemerintahn Pangeran Ai (481 S.M). menurut Chu Chai, tema pokok kitab ini adalah menempatkan norma–norma pemerintahan yang baik, menetapkan kembali pangeran  pangeran yang merebut kekuasaan di tempat mereka semula dan menghukum menteri  menteri yang berbuat salah sehingga perdamaian dunia dan persatuan dapat dipulihkan.
      Selain Kitab Ngo King dan Su Si, ada 1 kitab lagi yang tidak boleh tidak dipentingkan. Yaitu:
Hauw King / Xiao Jing (Kitab Bakti)
      Ditulis oleh Cingcu, murid Nabi Khongcu yang terdiri dari 18 Bab. Berisi percakapan Nabi Khongcu dengan Cingcu. Merupakan Ajaran tentang Berbakti dan Memuliakan Hubungan. Zaman dahulu, seorang murid wajib memulai pendidikan dengan belajar Hauw King, baru kemudian belajar Su Si dan terakhir Liok King / Liu Jing / Enam Untaian / Himpunan Kitab ( atau yang dikenal sebagai Ngo King).

Gambar: Kitab Su Si dan beberapa kitab lainnya dalam agama Khonghucu.


Ajaran Pokok Agama Konghucu
Konsep Ketuhanan Agama Khonghucu

      Tuhan dalam konsep Konghucu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman. Dalam Yijing dijelaskan bahwa Tuhan itu Maha Sempurna dan Maha Pencipta (Yuan) ; Maha Menjalin, Maha Menembusi dan Maha Luhur (Heng) ; Maha Pemurah, Maha Pemberi Rahmat dan Maha Adil (Li), dan Maha Abadi Hukumnya (Zhen)
      Ajaran-ajaran dalam kitab Su Si tidak begitu banyak memuat hal-hal yang berkaitan dengan konsep metafisika. Ajaran metafisika justru banyak bersumber pada kitab klasik, kitab yang sudah ada sebelum Khongcu lahir. Yang dimaksud dengan ajaran metafisika di sini ialah ajaran yang mencakup konsep tentang Tuhan, manusia, alam semesta dan konsep tantang hidup sesudah mati. Tuhan dalam ajaran Konghucu sering disebut Thian atau Tee, yang artinya Tuhan Yang Maha Besar atau Tuhan Yang Maha Menguasai Langit dan Bumi. Di dalam kitab Ngo King biasa diberi kata sifat sebagai berikut:
a.      Siang Thian - artinya Thian Yang Maha Tinggi
b.      Hoo Thian - artinya Thian Yang Maha Besar
c.      Chong Thian - artinya Thian Yang Maha Suci
d.      Bien Thian - artinya Thian Yang Maha Pengasih
f.      Hong Thian - artinya Thian Yang Maha Kuasa, Maha Pencipta
g.      Siang Tee - Tee Yang Menciptakan Alam Semesta.
      Kongcu sendiri percaya adanya Thian yang selalu harus dihormati dan dipuja karena Dialah yang menjaga alam semesta. Oleh karena itu, manusia harus melakukan upacara-upacara keagamaan sederhana dan sekhidmat mungkin agara mendapatkan berkah dari Thian. Dalama kaitan ini, umat manusia harus mencermati dan meneladani tingkah laku orang tua, karena menurut ajaran Konghucu orang tua adalah wakil Thian. Dengan adanya kepercayaan kepada Thian yang oleh pemeluknya diterjemahkan sebagai Tuhan Yang Maha Esa, Konghucu dapat dikelompokkan ke dalam kepercayaan monotheis. Kepercayaan ini bersifat dogmatik, yang diyakini umatnya berdasarkan wahyu (agama langit).
      Selain kepercayaan terhadap Thian dalam ajaran Konghucu terdapat juga kepercayaan terhadap para malaikat (dewa-dewa), roh-roh suci dan para nabi. Para penganutnya perlu melakukan penghormatan, sesajian dan peribadatan mereka. Soal Ketuhanan, soal hari kiamat dan akhirat, soal hidup sesudah mati tidak pernah disinggung-singgung.
      Adapun yang dimuliakan dan dipuja oleh mereka adalah alam (termasuk roh-roh, dewa-dewa, gunung, sungai-sungai, angin), leluhur (termasuk kebaktian teman), dan langit (ahli-ahli sejarah agama menganggap bahwa dewa langit adalah yang tertua)
      Menurut Kong Hu Cu hidup ini ada dua nilai, yaitu Yen dan Li. Yen artinya cinta atau keramahtamahan dalam hubungan dengan seseorang, sedangkan Li artinya keserangkaian antara perilaku, ibadah, adat istiadat, tata krama dan sopan santun. Kong Hu Cu mengatakan bahwa ada tiga hal yang menjadi tempat orang besar, yaitu kagum terhadap perintah Tuhan, kagum terhadap orang-orang penting, dan kagum terhadap kata-kata orang bijaksana. Orang yang tidak kagum terhadap tiga hal tersebut atau malah tidak berperilaku sopan dan menghina kata-kata bijaksana adalah orang-orang yang picik.

Konsep Keimanan Agama Khonghucu
      Dalam agama khonghucu  ada yang disebut pengakuan Iman, diantaranya ada delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
Sing Sien Hong Thian ( sepenuh iman percaya tehadap Tuhan Yang Maha Esa).
Bu Ji  Bu Gi ( jangan mendua hati, jangan bimbang).
Siang Tee Liem Li ( Tuhan Yang Maha Tinggi Besertamu).
Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
Sing Cun Khoat Til ( sepenuh iman menjunjung kebajikan).
Bu Wan Hut Kai ( tiada jarak jauh tak terjangkau).
Khik Hiang Thian Siem ( sungguh hati Tuhan merahmati).
Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
Sing Liep Bing-bing ( sepenuh iman menegakkan firman gemilang)
Cun Siem Yang Sing ( jagalah hati, rawatlah watak seajati).
Cik Tu Su Thian ( mengabdi Tuhan)
Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
Sing Ti Kwi Sien ( sepenuh iman sadar adanya nyawa dan roh).
Cien Siu Kwa Yok ( tekunlah membina diri, kurang keinginan).
Hwat Kai Tiong Ciat (bila nafsu timbul, jagalah tetap terbatas tengah).
Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
Sin Yang Haw Su ( sepenuh iman merawat cinta berbakti).
Liep Sien Hing Too ( tegakkan didi menempuh jalan suci).
I Hian Hu Boo ( demi memuliakan Ayah Bunda).
Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu Duo)
Sing Sun Bok Tok ( sepenuh iman mengikuti genta rohani).
Ci Cun Ci Sing ( yang terjunjung, Nabi agung).
Ing Poo Thian Bing ( yang dilindungi firman Tuhan).
Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing Shu)
Sian Khiem Su Si ( sepenuh iman memuliakan SuSi).
Thian He Tai King ( kitab suci besar dunia).
Liep Bing Tai Pun ( pokok besar tegakkan firman).
Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
Sing Hing Tai Too ( sepeunuh iman menempuh jalan suci yang Agung)
Su Ji Put Li ( sekejap pun tidak terpisah).

Etika Dalam Agama Konghucu         
San Kang (Tiga Hubungan)
Hubungan seorang raja dengan menterinya atau hubungan atasan dengan bawahannya. Ajaran ini disebutkan dalam Lun Gi III: 19, sebagaimana berikut:
Seorang raja memperlakukan menterinya dengan li (kesopanan atau penuh dengan budi pekerti yang baik). Sedangkan seorang menteri mengabdi kepada raja dengan kesetiaannya.
Hubungan orang tua dengan anak. Orang tua harus menjaga hubungan yang baik dengan anaknya, dan sebaliknya anak wajib memelihara hubungan baik dengan kedua orang tuanya.
Hal ini dinyatakan dalam Lun Gi XII: 11, sebagaimana berikut:
Raja berfungsi sebagai raja, menteri berfungsi sebagai menteri, ayah berfungsi sebagai ayah, dan anak berfungsi sebagai anak.
Hubungan suami dengan istri. Agama Konghucu mengajarkan bahwa hubungan suami dengan istri harus didasarkan pada sifat-sifat baik dan terpuji. Seorang suami harus menghormati istrinya, demikian juga sebaliknya, seorang istri harus menghormati suaminya. Dalam Mencius III, 2:2, disebutkan sebagai berikut:
Menurut (mengikuti) sifat-sifat yang benar itulah jalan suci bagi wanita.
Ngo Lun (Lima Norma Kesopanan dalam Masyarakat)
      Kata ngo lun atau wu luen memiliki arti lima norma kesopanan dalam masyarakat. Prinsip ini merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan social, yaitu:
Hubungan antara ayah dan anak,
Kakak dan adik,
Suami dan istri,
Sahabat muda dan sahabat tua, dan
Penguasa dengan rakyatnya.
      Oleh karena itu, demi kebaikan masyarakat, hubungan-hubungan ini perlu ditata secara tepat. Tidak satu pun dari hubungan ini yang bersifat sementara. Dalam setiap hal, tanggapan yang berbeda diperlukan bagi kedua belah pihak, seorang ayah harus bersifat kasih, sedangkan seorang anak bersikap patuh. Seorang kakak lembut, dan adik hormat, Seorang suami baik dan seorang istri mendengarkan. Seorang sahabat tua penuh dengan pertimbangan, seorang sahabat muda hormat. Seorang penguasa murah hati dan rakyatnya setiap.
Sifat-Sifat Mulia
      Ada dua kategori sifat mulai yang diajarkan dalam agama Konghucu, yaitu wu chang dan pa te. Berikut uraian singkat mengenai sifat-sifat tersebut:
Wu Chang (Lima Sifat Kekekalan)
a)      Ren (Cinta kasih)
Dalam kitab Sabda Suci XII: 1 disebutkan, Yang tidak susila jangan dilihat, yang tidak susila jangan didengar, yang tidak susila jangan dibicarakan, dan yang tidak susila jangan dilakukan.
b)      Yi (Kebenaran, Keadilan, atau Kewajiban)
Pembahasan tentang kebenaran atau keadilan terdapat pada kitab Ajaran Besar sebanyak 2 pasal 2 Ayat, Tengah Sempurna 3 pasal 6 ayat, Sabda Suci 4 pasal 5 ayat, dan Mencius 6 pasal 8 ayat.
Dalam kitab tersebut, dijelasakan bahwa kebenaran adalah kewajiban hidup dan jalan lurus. Dalam kitab Mencius disebutkan bahwa apabila hendak menemui orang bijaksana dengan tidak memakai cara yang berlandaskan jalan suci, maka laksana menyuruh orang masuk rumah, tetapi menutup pintu.
c)      Li (Kesusilaan atau Kepantasan)
Dalam Sabda Suci VIII: 2, Konfusius berkata, Melakukan hormat tanpa tertib kesusilaan akan menjadikan orang repot. Berhati-hati tanpa tertib kesusilaan akan menjadikan orang serba takut. Berani tanpa tertib kesusilaan akan menjadikan orang suka mengacau. Dan, jujur tanpa tertib kesusilaan akan menjadikan orang berlaku kasar.
d)      Zhi (Bijaksana)
Daam kitab Tengah Sempurna XXXVI: 6, Konfusius berkata,Orang yang memahami ajaran lama, lalu dapat menerapkan pada yang baru, ia boleh dijadikan guru.
e)      Xin (Kepercayaan)
Dalam Sabda Suci I: 13 disebutkan, Kalau memegang sikap dapat didpercaya itu dilandasi kebenaran, maka kata-katanya akan dapat ditepati. Jika sikap hormat itu dilandasi tata susila, niscaya menjauhkan malu dan hina. Apabila dapat dekat kepada orang yang aptut (karena jiwanya yang luhur), maka ia akan mendapatkan pembimbing yang boleh dijunjung.
2)      Pa Te (Delapan Sifat Mulia)
Adapun kedelapan sifat mulia yang dimaksud ialah sebagai berikut:
a)      Siau/hau, yaitu rasa bakti yang tulus terhadap orang tua, guru, dan leluhur.
b)      Thi/tee, yaitu rasa hormat terhadap yang lebih tua di antara saudara.
c)      Cung/tiong, yaitu setia terhadap atasan, teman, dan kerabat.
d)      Sin, yaitu kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya atau bisa menepati janji.
e)      Lee/li, yaitu sopan santun, tata karma, dan budi pekerti.
f)       I/gi, yait u rasa solidaritas, rasa senasib dan sepenanggungan, serta mau membela kebenaran dan menolak hal-hal yang dirasakan tidak baik dalam hidup ini.
g)      Lien/liam, yaitu mempraktikkan cara hidup yang sederahan dan tidak melakukan penyelewangan.
h)      Che/thi, yaitu menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang amoral atau hal-hal yang bisa merusak moral.

Ritual dalam Agama khonghucu

      Dalam ritual peribadatan Agama Konghucu memiliki makna dan tujuan yang berbeda-beda, karena ada beberapa jenis peribadahan Agama Konghucu, diantaranya adalah:
Sembahyang Malaukat Dapur (tanggal 24 bulan 12 Imlek).
Sembahyang Arwah Leluhur (tanggal 29 bulan 12 Imlek)
Agama Khonghucu sangat menekankan laku bakti,  oleh karena itu biarpun leluhur sudah meninggalkan kita sudah lama, tetap harus disembahyangi dan merupakan wujud bakti kita kepada leluhur.
Sembahyang Tahun Baru Imlek (tanggal 1 bulan 1 Imlek).
Bagi Agama Khonghucu, imlek bukan hanya perayaan yang biasa, melainkan peribadahan memiliki makna yang mendalam sehingga dapat lebih baik lagi ke depan dalam menjalani kehidupan.
Sembayang kepada Tuhan Yang Maha Esa (tanggal 8 bulan 1 Imlek).
Sebelumnya dilakukan dengan menyucikan diri (cia cai), kemudian pada hari tersebut menyiapkan altar, khusus bersembayang kepada Tuhan YME. Atau bisa juga dilakukan di tempat ibadah Agama Khonghucu.
Cap Go Meh (tanggal 15 bulan 1 Imlek).
Upacara tersebut dengan bersembayang kepada Tuhan untuk mengucapkan terimakasih dan memulai kehidupan baru.
Cing Bing (5April) (bulan 3 imlek).
Dilakukan dengan membersihkan makam, menata makam yang rusak, dan bersembahyang. Hal tersebut dilakukan sebagai wujud bakti kita kepada leluhur ataupun orang tua yang elah berpulang ke kharibaan Tuhan.
Duan Yang (Tanggal 5 Bulan 5 Imlek).
Pada saat itu matahari, bulan dan Bumi, posisinya membentuk sudut 90 derajat, sebagai hari yang dipandang mempunyai daya alam yang luar biasa. Hal tersebut juga merupakan upacara peringatan kematian Kut Gwan (perdana menteri Negeri Chu yang berlaku jujur dan memegang teguh atas pendiriannya pada zaman Chan Kuo (300 SM)).
Sembayang arwah umum (Tanggal 15 Bulan 7 Imlek).
Upacara ini ditujukan kepada arwah yang tidak disembayangi oleh keluarganya, sehingga arwahnya bisa tenang dan Pei Tian (bersatu kembali dengan Tian).
Sembayang Tiong Jiu (tanggal 15 Bulan 8 imlek).
Sembayang terhadap Tuhan karena berkah yang diberikan kepada manusia.
Tangcik / Sembayang Ronde (tanggal 22 Desember).
Sembayang puncak musim dingin. Pada hari tersebut juga diperingati sebagai hari genta rohani. Pada hari itu Nabi Khongcu mulai melakukan perjalanan mengajarkan ajaran agamanya selama 14 Tahun.
Sembahyang Yak (King Thi Kong) (Tanggal 8 bln 1 Imlek).
Sembahyang kepada Tuhan, menyampaikan pengharapan / permohonan agar di tahun yang baru (akan berjalan), Tian berkenan melimpahkan berkah, rahmat serta perlindungan agar tahun ini dapat dilalui atau dijalani dengan baik.
      Penanggalan yang dipakai oleh Agama Khonghucu untuk mengatur persembayangan yang di buat oleh Nabi Khongcu. Nabi Khongcu mengambil sumbernya dari penangalan dinasti Sia (2200 SM) yang sudah di tata kembali oleh Nabi Khongcu.


Makna Hidup Setelah Mati Menurut Khonghucu
      Agama Konghucu mempercayai bahwa roh orang yang telah meninggal akan tetap ada dan harus tetap dilayani. Oleh karena itu dalam agama konghucu dikenal dengan acara persembahan pada roh nenek moyang atau leluhur seperti cheng beng, yang merupakan sembahyang pada kuburan leluhur yang telah mendahului. Roh yang telah meninggal dipercaya dapat menikmati sesajian tersebut dan masih tetap berhubungan dengan mereka.
       Dalam masyarakat Cina yang menganut paham konfucianisme, ide tentang Tuhan dan kehidupan setelah mati tidak ditolak, dan juga tidak ditekankan untuk diketahui. Dalam pikiran orang Cina langit dan kehidupan orang setelah mati tidak begitu dibahas secara terperinci. Dalam trdisi orang Cina juga dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam upacara kematian, mereka mempersembahkan berbagai korban untuk para leluhur atau para roh-roh keluarganya. Supaya roh-roh tersebut mendapat ketenangan dialam surga. Mengingat kuatnya tradisi pandangan hidup rahaniah yang berlatar belakang pada kepercayaan kepada ahal-hal ghaib itu. Maka dapat dikatakan bahwa landasan hidup religius bangsa Cina adalah dalam bentuk pemujaan-pemujaan terhadap para leluhur (nenek moyang) yang ada di langit dan alam sekitarnya.
      Manusia berdoa pada nenek moyang atau para leluhur mereka, karena itu dinamakan perbuatan anak lai-laki yang berbakti (Hau) pada orang tua. Penyebahan kepada roh-roh hanya berlaku pada lingkungan keluarga saja yang telah meninggal. Pemujaan arwah nenek moyang telah merupakan tradisi bagi bangsa Tionghoa sejak masa sebelum Kung Fu Tze. Tradisi tersebut dikukuhkan oleh Kong Fu Tze karena dipandangnya suatu sumber azasi bai nilai-nilai lainnya.
      Menurut kepercayaan, ibu-bapak yang telah meninggal tetap hidup berkelanjutan dan tetap mengawasi turunannya. Perembahan makanan pada waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi perlambang santap bersama yang dipandang sakral.


Aliran-Aliran Agama Khonghucu
      Ada banyak sekte-sekte dalam agama ini, yang kemudian sekte-sekte tersebut memiliki pandangan berbeda dalam memahami hubungan antar manusia, misalnya Menurut:
Meng Tsu : Menurutnya sifat dasar manusia itu dapat rusak sebagai akibat dari adanya hubungan hidup yang kasar . ia mengatakan bahwa seorang pria adalah seorang yang tidak kehilanganhati sebagai seorang anak yang amsih kecil, dan ahati anak kecil itu adalah merupakan lambing atau sumber dari semua sumber yang baik dari sifat dasar manusia, yang harus selalu dipegang teguh. Sekalipun demikian sayangnya di dalam hidup ini, jika anjing atau ayam kita hilang, kita selalu berusaha mencarinya, tetapi sedikit sekali dari kita yang mau berusaha untuk memperoleh kebajikan kita yang wajar. Dalam hal pemerintahan Meng Tsu mendukung penuh ajaran gurunya Kong Hu Cu , bahwa pemerintah yang baik itu bukan bergantung pada kekuatan tanpa peri kemanusiaan, tetapi pada teladan yang baik dari penguasa. Untuk mencapai pemerintahan yang baik itu katanya peranan rakyat yang penting diikutsertakan dalam pemerintahan. Rakyat bukan hanya sekedar akar dan dasar bagi pemerintahan, tetapi juga merupakan peradilan terakhir bagi pemerintah.
      Berbeda dengan Meng Tsu yang menjadi penganjur ajaran Kong Hu Cu yang ideal, maka Hsun tsu menjadi penganjur ajaran gurunya yang realistic.
HSun Tsu: Dia adalah seorang yang tidak percaya pada adanya Tien (surga) sebagai pribadi Tuhan. Menurut pendapatnya Tien itu adalah hukum  alam yang tidak berubah, seperti halnya bintang-bintang,dan lainnya., adalah ketentuan hukum yang besar. Manusia itu kata Hsun Tsu bukanlah Tien yang bertanggung jawab atas kehidupannya, ataupun kebahagiaan dan bencana alam yang dialaminya.  Jadi apabila sandang pangan tersedia cukup dan dimanfaatkan secara ekonomi, tidaklah surge akan membuat Negara miskin. Begitu pula apabila rakyat terus menerus menggunakan tenaganya dengan memadai sesuai dengan musim, tidaklah surge akan menimpa kehidupan rakyat, dan begitu juga jika Tao diikuti dan ridak terjadi penyimpangan-penyimpangan, maka surge tidak akan mendatangakn kemalangan.
      Jadi Hsun Tsu menolak semua yang sifatnya tahayul, seperti ilmu firasat atau ramalan nasib, dan ia juga mempersoalakan kemanjuran tentang doa-doa permohonan. Ia juga mengkritik Meng Tsu, menurunya sifat dasar manusia itu jahat dan kebaikan tu diperoleh dari lingkungan. Dan yang terakhir adalah suatu aliran yang berbeda dari dua aliran sebelumnya, yaitu Neo Konfusianisme.
Neo-Konfusianisme: Aliran ini merupakan upaya untuk menciptakan bentuk yang lebih rasionalis dan sekuler dari Konfusianisme dengan menolak unsur-unsur takhayul dan mistis dari Taoisme dan Buddha yang dipengaruhi Konfusianisme selama dan setelah Dinasti Han. Meskipun Neo-Konfusiusme secara kritis Taoisme dan Buddhisme, dua memang memiliki pengaruh pada filosofi, dan Neo-Konfusiusme meminjam istilah dan konsep dari keduanya. Namun, tidak seperti Buddha dan Taois, yang melihat metafisika sebagai katalis untuk pengembangan spiritual, pencerahan agama, dan keabadian, Neo-Konfusiusme digunakan metafisika sebagai panduan untuk mengembangkan filsafat etika rasionalis.

   







KESIMPULAN

      Agama Konghucu adalah agama yang dibawa oleh seorang ahli filsafat Cina yang terkenal sebagai orang pertama pengembang sistem memadukan alam pikiran dan kepercayaan orang Cina yang mendasar. Ajarannya menyangkut kesusilaan perorangan dan gagasan bagi pemerintahan agar melaksanakan pemerintahan dan melayani rakyat dengan teladan perilaku yang baik. Dalam mengajarkan ajaran-ajarannya ia tidak suka mengkaitkan dengan paham ketuhanan, ia menolak membicarakn tentang akhirat dan soal-soal yang bersifat metafisika, ia hanya seorang filosof sekuler yang mempermasalahkan moral kekuasaan dan akhlak pribadi manusia yang baik.
      Mengenai konsep ketuhanan dalam agama Konghucu Tuhan itu tidak dapat diperkirakan dan ditetapkan, namun tiada satu wujud pun yang tanpa Dia. Dilihat tiada nampak, didengar tidak terdengar, namun dapat dirasakan oleh orang beriman. Tuhan dalam ajaran Konghucu sering disebut Thian atau Tee, yang artinya Tuhan Yang Maha Besar atau Tuhan Yang Maha Menguasai Langit dan Bumi. Selama masa penyebaran dan perkembangannya agama Konghucu berhasil menyebarluas hingga ke Indonesia dari mulai masa penjajahan, kemerdekaan, orde baru hingga era reformasi.
      Kitab suci agama Konghucu  terdapat 3 kelompok, yakni: Su Si / Shi Su (Empat Buku), Ngo King (Lima Kitab) dan Hauw King / Xiao Jing (Kitab Bakti). Secara substansial kitab-kitab suci tersebut merupakan sumber dari ajaran Konghucu yang oleh pengikutnya dijadikan pedoman dan acuan dalam pemikiran, tingkah laku, dan kepercayaan. Kitab suci dianggap sebagai wahyu dari Thian (Tuhan) yang diturunkan kepada mereka yang dianggap sebagai nabi. Kumpulan wahyu tersebut oleh para tokoh agamanya telah diteliti dan dibukukan menjadi kitab suci. Apabila dikelompokkan, esensi kitab-kitab suci tersebut di atas meliputi metafisika, etika, dan upacara peribadatan.
      Konghucu mengembangkan ajaran-ajaran tentang ketuhanan , keimanan , dan tentang kehidupan setelah kematian. Salah satu contoh ajarannya bahwa menurut kepercayaan, ibu-bapak yang telah meninggal tetap hidup berkelanjutan dan tetap mengawasi turunannya. Perembahan makanan pada waktu-waktu tertentu itu bukan bersifat korban tebusan, tetapi perlambang santap bersama yang dipandang sakral.
      Demikian mengenai sekte-sekte dalam agama. Konghucu pun memilikinya seperti sekte Hsun Tsu yang menolak semua yang sifatnya tahayul, seperti ilmu firasat atau ramalan nasib, dan ia juga mempersoalakan kemanjuran tentang doa-doa permohonan. Ia juga mengkritik Meng Tsu, menurunya sifat dasar manusia itu jahat dan kebaikan tu diperoleh dari lingkungan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Simbol Simbol dan Tempat Ibadah Agama Khonghucu